Rabu, 28 April 2010

About Veni Vidi Vici

Mungkin ungkapan tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun, apakah kita mengetahui asal usul ungkapan ini? Di sini akan saya jelaskan sedikit mengenai asal muasal ungkapan tersebut. Veni, vidi, vici adalah kalimat Bahasa Latin yang terkenal, berasal dari Julius Caesar, jenderal dan konsul Romawi pada tahun 47 SM. Julius Caesar menggunakan kalimat ini dalam pesannya kepada senat Romawi untuk menggambarkan kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam pertempuran Zela. Kalimat yang berarti “Saya datang, saya bertanding, saya menang” mengandung arti kemenangan mudah dan mutlak.
Kalimat ini sering salah kaprah ditulis sebagai Vini, Vidi, Vici. . Datang, bertanding, dan menang.
Dunia adalah medan kompetisi yang luas. Mulai dari diri kita sendiri, dihati kita sudah terjadi pertarungan. Bahkan ketika memasuki rahim ibu, kita adalah pemenang setelah melewati ribuan sel yang bertarung untuk lolos menjadi sebuah janin
Dalam suatu kompetisi memang harus ada pemenang. Datang ke suatu kompetisi kemudian bertanding dan menang itu memang idaman setiap orang. Persoalannya bukan semata-mata menjadi pemenang. Tapi, kemenangan agung itu harus melewati proses yang benar. Tidak curang dan melewati aturan yang telah disepakati dalam kompetisi. Sportif, jujur, loyal dan bertanggung jawab.

Kita ambil ilustrasi para atlet, sebelum menghadapi kompetisi mereka pasti berlatih sungguh-sungguh. Mereka juga melewati serangkaian seleksi dari mulai RT, RW, provinsi hingga nasional. Dalam melewati sebuah kompetisi tak hanya teknik, tapi juga menyangkut gizi asupan makanan dan juga mental psikologis. Selain pelatih yang brilian, ada lagi faktor lain yakni dukungan penonton.

Maka untuk mencapai sebuah kemenangan, para atlet berlatih keras. Lebih baik berpeluh saat latihan daripada berdarah-darah ketika pertandingan. Disiplin adalah kuncinya. Hanya yang terbaik yang terpilih.

Jadi, medali di tangan seorang atlet adalah kebanggan. Nilai intrinsiknya ada pada proses pencapaiannya. Proses yang meliputi persyaratan lengkap. Dari mulai latihan,pendaftaran, pertandingan hingga final menentukan satu pemenang.

Bagaimana jika ilustrasi ini kita kaitkan dengan “profesi” kita sebagai seorang pelajar?
Tiap pelajar pasti mendambakan prestasi gemilang. Prestasi yang dimaksud tentu saja prestasi dalam hal positif (bukan prestasi mencontek, dsb). Prestasi ini tentu tidak serta merta datang tanpa disertai usaha keras. Sebenarnya konteks yang paling penting dalam hal ini adalah proses meraih prestasi tersebut, bukan hasilnya. Prestasi tersebut harus diraih melalui proses yang benar. Tidak curang dan melewati aturan yang telah disepakati dalam kompetisi. Sportif, jujur, loyal dan bertanggung jawab. Sekarang coba Anda renungkan, misal dalam suatu ujian, mana yang lebih layak disebut prestasi, seorang siswa yang mendapat nilai 100 dengan mencontek, atau yang mendapat nilai 50 dengan hasil karya sendiri?

Siapa menabur, dia akan menuai. Ungkapan ini ada benarnya juga. Sesuatu yang didapatkan dengan jalan pintas, pasti tidak akan bertahan lama. Ia akan lenyap dalam waktu singkat. Perlu bukti? Anda cermati saja Mr.GT, seorang pegawai Direktorat Jendral Pajak yang saat ini menjadi sorotan public. Bukan karena prestasinya, namun karena ulahnya menggelapkan uang pajak senilai 28 milyar. Ia mendapatkan uang itu melalui jalan pintas, lihat saja sekarang…Semuanya hilang tanpa bekas sedikit pun, ia pun juga harus kehilangan jabatannya. Jika dikenai pidana kurungan, ia pun harus kehilangan kebahagiaan keluarganya. Begitulah korupsi, deritanya tiada akhir…
Gaji pegawai DJP golongan 3A sebenarnya lumayan besar, andaikan ia mau bersyukur dan menerima apa adanya (baca: ora kakean polah), hal itu tentu tidak akan terjadi. Ia akan hidup tenang menjalani karirnya, dan sampai pensiun pun ia akan hidup bahagia bersama anak cucunya. Begitu pula dengan prestasi yang kita peroleh, apabila kita mendapatkannya dengan keringat kita sendiri, menggunakan cara-cara yang benar dan tidak merugikan pihak manapun, prestasi itu akan kekal dalam diri kita, dan  membuat kita bangga seumur hidup.

If you do your best, whatever you get will be for the best. Jika Anda berusaha dengan melakukan yang terbaik, apapun hasil yang Anda peroleh, itulah hasil yang terbaik bagi Anda. Namun janganlah sesekali berharap hasil terbaik, jika Anda hanya setengah-setengah dalam berusaha. Ia tak pernah tidur, Ia pasti memberikan yang terbaik asalkan kita mau berusaha dengan baik pula. Veni Vidi Vici, kita datang, kita berusaha, dan kita menang

1 komentar: